Liza Hartono : Stop Kekerasan Seksual, YY Hanya satu kisah

Blora updates

Beberapa hari yang lalu, kita dikejutkan oleh YY, seorang gadis remaja yang ditemukan sudah tidak bernyawa di sebuah kebun di Bengkulu.  YY tewas setelah diperkosa oleh 14 pemuda secara bergiliran. Kondisi fisiknya sangat mengenaskan.

Dan publik pun tersentak, marah, sedih, dan jelas mengutuk para pelaku yang salaha satunya kenal baik dengan gadis belia ini.  Hujatan, makian pun terlontar untuk para pelaku.

Kemudian, secara beruntun, muncul berita serupa di berbagai belahan negeri ini.  Nyaris bersamaan, dan membuat para ibu yang mempunyai anak perempuan ketakutan dan rasanya ingin mengunci mereka jauh dari dunia luar.  Takut akan keselamatan anak-anaknya.

Terakhir bahkan ada peristiwa pemerkosaan dan pembunuhan yang korbannya bahkan masih berusia 2,5 tahun!  bayangkan! Balita yang seharusnya secara fisik belum menimbulkan syahwat lawan jenisnya pun jadi korban!

Peristiwa-peristiwa itu, menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan Blora?  Saat ini media lokal Blora belum memberitakan peristiwa yang serupa dengan peristiwa YY.  Tetapi saat saya bertemu dengan Mbak Anny Aisyah, salah seorang aktivis "Sahabat Perempuan Meurah Intan" yang memang bergerak khusus pendampingan masalah kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan Blora.

Cukup mengagetkan, ketika beliau katakan, di Blora pun ada peristiwa ini.

"Dalam kurun waktu bulan Febuari sampai Mei ini, saya sudah mendampingi 3 masalah perkosaan yang terjadi di Blora, dan 1 kasus tahun kemarin," jelas perempuan yang biasa dipanggil Mbak Anny.

Yang mengejutkan lagi adalah, para korbannya rata-rata berusia di bawah 18 tahun, dengan pelaku yang seharusnya melindungi mereka.

"Pelakunya kebanyakan orang dekat korban sendiri, entah itu ayah tiri, tetangga, saudara atau mantan pacar," kembali Mbak Anny memberi penjelasan.

Kasus ini masih berjalan, baru satu kasus yang didampinginya sudah vonis tetap.  Dan tahukah berapa lama pelaku dihukum?

"Cuma tujuh tahun," jawab Mbak Anany sambil tersenyum kecut.

Tujuh tahun, untuk sebuah masa depan anak usia remaja yang bisa jadi suram ke depannya.

Pelakunya, menurut Mbak Anny, adalah ayah tirinya.  Dan peristiwa perkosaan berlangsung secara intensif, selama bertahun-tahun.  Si anak yang masih berusia 12 tahun sampai dia berani bercerita kepada ibunya dan melaporkannya ke polisi saat usianya 16 tahun.

"Si anak diintimidasi, ditakut-takuti, dan diancam, sehingga dia tidak berani bersuara dan menerima perlakuan si ayah tiri," cerita Mbak Anny.

Tujuh tahun untuk pelaku, dan saat bebas si pelaku masih sangat segar dan sehat, bisa keluar dari Blora dan memulai hidup barunya.  bagaiamana dengan si korban?

"Pasti ada cibiran, apalagi dengan waktu yangcukup lama.  Banyak tetangganya menganggap korban terlalu lemah untuk menolak, bahkan tidak yakin jika dia benar-benar korban," jawab Mbak Anny ketika kulontarkan pertanyaan itu.

Itu baru satu cerita yang kudapat dari beliau.  Masih ada 3 kasih lagi yang belum beliau bagi.  Karena ketiga kasus yang lain masih berjalan.

Karenanya Mbak Anny dan teman-teman SPMI (Sahabat Perempuan Meurah Intan) yang prihatin pada peristiwa kekerasan seksual ini, bermaksud ingin mengetuk nurani masyarakat Blora, bahwa di Blora pun ada peristiwa seperti Yuyun, meski korban hidup.  tetapi kekerasan seksual juga terjadi di sini, dan rata-rata korbannya masih belia, dengan usia pelaku lebih tua.

Pada hari Minggu,tanggal 16 Mei 2016, SPMI dibantu oleh banyak komponen bermaksud menggelar aksi damai, bersatu dengan masyarakat Blora untuk mengatakan "Tidak kepada Kekerasan Seksual"

Sisters In Danger, nyalakan suaramu untuk menolak kekerasan seksual di negeri ini.



Penulis
Liza Hartono - Plotot Blora

Posting Komentar

0 Komentar