Ilutrasi penampakan Nimas Rondokuning Randublatung |
Blora Updates
– Paska kejadian truk terperosok masuk selokan di depan Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Randublatung, Jumat (30/11) pagi kemarin,
yang menurut sopir bernama Hadi (40) bahwa beberapa detik sebelum terjadinya kecelakaan, dirinya sempat melihat penampakan
seorang wanita melintas di depannya, kali ini kami mencoba menguak kisah fenomena
gaib yang diduga merupakan anak dari penguasa gaib wilayah tersebut lewat catatan tertulis
dari Soedarsono berjudul Legende dan Sejarah Randublatung yang ditulis pada
awal tahun 2000.
Konon
seperti bangsa manusia, bangsa jin pun memiliki istana tempat bersemayamnya
sang raja. Kemegahan kerajaan bangsa jin jauh lebih luar biasa. Salah satu kerajaan
jin yang sangat megah terletak di sebuah areal hutan Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan (BKPH) Kedungjambu.
Lokasi
tepatnya adalah di areal petak 109 Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Jatisoma dan
satu petak yang berhimpitan yakni petak 104 RPH Kedungjambu yang di dalam legenda
Begede Bengkal, petak ini termasuk wilayah Bengkal.
Kerajaan
jin tersebut menghadap ke Selatan, dengan halaman istana sedemikian luasnya,
kira-kira sampai menuju jalan desa Pilangbango. Sedangkan luas alun-alunnya
mulai dari sebelah selatan jalan menuju Desa Pilangbango sampai jurusan Cepu.
Taman kaputrennya sendiri berada mulai jalan jurusan Cepu sampai lorong sebelah
selatan masjid Al Mutaqim ke timur.
Sebelah
Barat kerajaan ini berbatasan dengan jalan raya menuju jurusan Blora, sampai
sebelah barat petak 109 RPH Jatisoma. Sebelah Timur mulai daerah Bengkal ke
Selatan, Dukuh Plosokulon, terus ke Selatan sampai perumahan Perhutani sebelah timur
Mess.
Raja
jin mempunyai anak seorang putri cantik yang akrab disapa Nimas Rondokuning. Raut
muka, postur tubuh dan senyumnya hampir mirip dengan bintang film terkenal Tamara
Bleszynski. Perbedaannya hanya pada busana yang dikenakannya.
Nimas
Rondokuning memakai pakaian adat keraton Jawa. Mirip busana putri kedaton jaman
dulu. Sikapnya anggun dan tidak suka kepada lelaki yang tidak punya etika dalam
memperlakukan wanita. Hal tersebut erat kaitannya dengan pengalaman hidupnya
yang pernah dikecewakan oleh lelaki calon suaminya.
Pernah
suatu ketika ada seorang pangeran dari bangsa jin daerah tetangga yang jatuh
hati padanya. Selagi dia menghadap ayah sang putri yang merupakan raja jin
penguasa wilayah tersebut, sikapnya tampak alim, seolah menjaga setiap
gerak-gerik yang dilakukannya. Namun begitu bertemu muka dengan sang putri yang
cantik jelita, saat itu muncul sifat aslinya, yaitu sifat yang berangasan, tak
punya sopan santun pada seorang wanita.
Seperti
garis nasib di alam jin, bila timbul pikiran buruk yang tidak senonoh hingga libido
bergejolak, saat itu pula wajah lelaki jin berubah menjadi wajah bajul (buaya).
Watak yang buruk bisa mengubah wajah dan postur tubuhnya dalam sekejap.
Lain
halnya dengan bangsa manusia. Walaupun jahat namun bilamana berwajah tampan, bagi
orang yang belum cukup pengetahuan, tidak akan mengerti watak jahat orang
tersebut sebelum ketahuan perbuatan jahatnya.
Bentuk
fisik bangsa jin yang baik hati dan yang jahat sangat berbeda. Yang baik budi kelakuannya
biasanya berwajah tampan dan cantik, bahkan melebihi manusia. Tetapi golongan yang
jahat wajahnya bisa seperti buaya, kepalanya bisa bertanduk, berekor, berkaki
kuda dan hanya bercawat (celana dalam).
Melihat dirinya diperlakukan dengan sangat kasar, tanpa
mempedulikan tata cara dan adat keraton, sang putri langsung marah besar.
Semua
barang lamaran yang telah diterima dari pihak calon temanten lelaki berupa
barang perhiasan emas dan berlian dibuang jauh-jauh ke segala penjuru, bahkan
terlempar jauh keluar areal keraton.
Kadangkala, di
jaman sekarang, sering warga setempat menemukan beberapa perhiasan yang sudah
tidak utuh lagi. Baik di areal persawahan ataupun di areal hutan.
Walau
Nimas Rondokuning belum sampai ke jenjang perkawinan, tetapi karena barang lamaran
sudah terlanjur diterima oleh keluarga pihak pengantin putri, detik itu sang putri yang masih perawan dianggap sudah menyandang status janda.
Di
waktu-waktu tertentu sang putri kedaton sering melakukan perjalanan. Ke manapun
sang putri pergi selalu dikawal oleh inang pengasuhnya yang juga berpredikat
sebagai prajurit wanita.
Rute
yang sering dilewatinya setelah keluar dari pintu keraton adalah menuju ke arah
Timur, menerobos Dukuh Pilangbango, ke selatan Dukuh Plosokulon, ke selatan
sampai jalan jurusan Cepu belok ke kanan. Sesampainya depan Tempat Penimbunan
Kayu (TPK) I belok ke Selatan menerobos perumahan penduduk sebelah Timur kantor
Asperan BKPH Kedungjambu dan berakhir di sebelah timur lapangan Mess.
Di
saat bulan sabit, Nimas Rondokuning beserta inang-inang pengasuhnya
bercengkerama di bangunan bekas gudang bangunan lama. Di sini para inang
pengasuh beristirahat. Sedangkan Nimas Rondokuning beristirahat di sebuah kamar
mess Perhutani paling Timur menghadap ke Selatan yang berdempetan dengan garasi.
Biasanya dia bersolek mematut diri di depan kaca kamar itu agak lama.
Setelah
waktu istirahatnya dianggap cukup, dia lalu memanggil para inang pengasuh untuk
meneruskan perjalanannya.
Keluar
dari mess Perhutani, Nimas Rondokuning menuju ke arah Barat. Sesampainya di
sebelah timur Stasiun Kereta Api, terus ke utara. Nimas Rondokuning singgah di beberapa
kantor bangunan. Kemudian perjalanan diteruskan ke arah Barat sampai di kantor
Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Randublatung. Dia singgah sejenak.
Biasanya dirinya dan para inang berkumpul di ruang sidang, di ruang kerja Administratur
dan ruang kerja Kepala Tata Usaha.
Perjalanan
diteruskan di kantor Ajun Penggergajian Mesin (PGM), terus menuju bangsal
penggergajian. Di sini dia agak lama untuk bertemu dengan para prajurit yang
menjaga Taman Sari, yang biasanya setiap tanggal 1 Suro atau Muharram selalu
diadakan upacara selamatan di bangsal PGM.
Dari
situ, perjalanan dilanjutkan menuju ke ruang kantor TPK Randublatung I lama
yang terletak di bagian utara. Di situ Nimas Rondokuning melakukan peninjauan
kilat. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah timur laut langsung menerobos
Dukuh Pilangbango. Lalu menuju ke barat dan masuk kembali ke pintu istana.
Dalam
perjalanan bersama para inangnya, Nimas Rondokuning tidak menganggu siapapun, selama
bangsa manusia tidak melakukan perbuatan yang menjijikkan yaitu perbuatan mesum.
(ekoarif)
Berita terkait: Penampakan Wanita Menyeberang, Truk Tergelincir Masuk Selokan
1 Komentar
serem juga ceritanya ....
BalasHapussalam
Tangki Panel
Tangki Fiberglass
Jual Septic Tank