Eko Suhartono (tiga dari kanan) bersama rekan-rekannya saat menerima Penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional tahun 2017 silam. [ISTIMEWA/Doc. Pribadi] |
[Blora Updates] - Pak Ekok dan Hartono adalah sapaan akrab dari Eko Suhartono guru senior nan pandai di Yayasan Patra Dharma, Balikpapan, Kalimantan Timur. Namanya tidak asing lagi di telinga warga yayasan yang terdiri dari 2 TK, 2 SD, 2 SMP dan 1 SMA tersebut. Sudah amat banyak ide yang ia gagas bersama guru–guru lain, sehingga banyak prestasi yang didapatkan yayasan tersebut. Salah duanya yakni mendapatkan prestasi sekolah adiwiyata pada tahun lalu dan Marching Band yang akan berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia bulan Juli besok, untuk mewakili Indonesia di tingkat Asia Tenggara.
Eko Suhartono saat menjadi pembicara Workshop, Kamis (05/10) tahun lalu. [ISTIMEWA/Doc. Pribadi] |
"Pendidikan adalah suatu perubahan bagi manusia. Tidak hanya sekedar ilmu, tapi juga perubahan sikap dan menjadi terampil. Sehingga manusia itu berdaya guna," penjelasan Eko Suhartono dengan semangat yang membara.
Guru kelahiran Blora ini, memang dibesarkan dari keluarga pengajar. Ayahnya, Soediyono (alm) adalah salah satu guru sekolah dasar di desa tempat ia tinggal. Sejak kecil memang, ia sudah bercita–cita menjadi pengajar seperti ayahnya. Cita–cita mulia tersebut didukung penuh oleh ibunya yakni Sulasih (almh).
"Om Eko sejak dulu memang ingin seperti bapaknya, menjadi pengajar. Lalu Iyus mendukungnya dan terus memberikan semangat untuknya," terang Siti (kakak kandung Eko).
"Iyus itu adalah ibu kami, dia mempunyai tiga anak, saya (Siti, – red.), Eko Suhartono dan Edi Setiyanto," imbuhnya dengan tegas.
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) di salah satu sekolahan swasta yang ada di Blora (Kota), ia melanjutkan studi di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yakni sekolah setingkat dengan SLTA untuk jurusan keguruan pada waktu itu. Ia memilih di jurusan kesenian yakni seni tari.
Eko Suhartono ketika mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah yang ada di Blora. [ISTIMEWA/Doc. Pribadi] |
Setelah lulus dari SPG tersebut, ia mengabdikan dirinya sebagai pengajar di sekolah dasar di desa tempat ia tinggal dan berpindah–pindah sesuai dengan surat tugas yang diterimanya. Parahnya gaji yang diterima tidak seimbang dengan tenaga yang ia keluarkan untuk mendidik generasi penerus bangsa pada masa itu.
Hal tersebut yang menjadikan alasan untuk merantau sebagai pendidik di Balikpapan. Di sana ia melanjutkan studi lagi dengan jurusan Biologi (S1) dan disambi dengan mengajar di Yayasan Patra Dharma. Ketika lulus, ia ditawari dekannya untuk menjadi dosen di perguruan tinggi tempat ia menuntut ilmu tersebut.
"Dulu setelah wisuda, Om Eko ditawari dosen untuk membatu mengajar di kampus. Namun karena sibuk dengan yayasan yang om kelola, akhirnya Om Eko menolak tawaran tersebut," ujar titisan Ki Hajar Dewantoro.
“Atukman, sekarang Om Eko sudah jadi dosen,” tuturnya dengan logat Blora.
Tidak sedikit orang yang terinspirasi oleh guru tampan tersebut. Salah satunya penulis yang menjadikan Eko Suhartono sebagai guru dan idolanya, tempat curhat, bahkan orang yang sering disebut ketika sakit di awal tahun 2017 silam. Sehingga Eko Suhartono trenyuh dan rela pulang pergi balak–balik Blora–Balikpapan hanya untuk menjenguk penulis.
Eko Suhartono saat mengadakan acara dan menjadi panitia, bersama anggota SABARAN (Sadulur Blora di Perantauan Balikpapan). [ISTIMEWA/Doc. Pribadi] |
Selain menjadi pengajar, ia juga mengelola organisasi daerah, yakni SABARAN (Saduluran Blora di Perantauan Balikpapan). Organisasi tersebut beranggotakan orang Blora yang merantau di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kontributor
LAKNA 17 'UN
0 Komentar