Surabaya, Updates – 18 November 2018 -- Badan Pangan Dunia, FAO bersama dengan Kementerian Pertanian menegaskan kembali komitmen untuk mencegah resistensi antimikroba, seperti antibiotik. Komitmen tersebut disampaikan pada Puncak Perayaan Pekan Kesadaran Antibiotik (World Antibiotic Awareness Week /WAAW) yang berlangsung pada hari Minggu (18/4) di Kampus Universitas Airlangga, Surbaya.
"Resistensi antibiotik ini sudah menjadi masalah Global. Seluruh dunia sedang bahu-membahu mengendalikan laju obat-obatan yang tidak mampu lagi membunuh kuman, karena kuman kebal akibat penggunaan yang tidak sesuai petunjuknya," ujar Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian Syamsul Ma'arif di depan warga Surabaya yang menghadiri Festival Pekan Kesadaran Antibiotik.
Indonesia, menurut Syamsul, termasuk tertinggal dalam upaya menangani penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Namun jika semua pihak berkolaborasi, berkoordinasi dan berkomunikasi untuk mengawal penggunaan antibiotik yang bertanggungjawab, maka laju resistensi antibiotik bisa ditekan. "Karena sebenarnya resistensi antibiotik itu peristiwa alami, memang terjadi. Hanya saja bagaimana caranya agar laju resentensi tersebut bisa kita kendalikan," jelasnya.
Pada Pekan Kesadaran Antibiotik Sedunia yang jatuh pada tanggal 12-18 November 2018, FAO bersama Kementan mengandeng berbagai pihak seperti Kemenko Bidang Pembangunan Manusia Dan Kebudayaan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Komisi Pengendalian Resistensi Antimikorba (KPRA) Kementerian Kesehatan, Yayasan Orang Tua Peduli dan pihak-pihak lainnya menyelenggarakan sejumlah kegiatan. Mulai dari Sarasehan Peternak untuk meningkatkan pemahaman para peternak sebagai pengguna antibiotik tentang bahaya AMR, Kuliah Umum dan Talkshow serta seminar di berbagai kota di Indonesia.
Musafir, warga Kediri yang hadir pada puncak perayaan Pekan Kesadaran Antibiotik mengatakan, sangat mendukung upaya pemerintah melakukan kampanye penyadaran masyarakat akan bahaya antibiotik jika tidak digunakan secara tepat. "Tapi kalau bisa, kampanye seperti ini bisa diadakan hingga ke pelosok-pelosok perumahan. Karena saya mengalai sendiri, kalau ke Puskesmas sakit pilek langsung di kasih antibiotik," ujarnya.
Seperti di Surabaya, di Lampung, Wakil Walikota Metro, Lampung Djohan, S.E, M.M, bersama dengan perwakilan dari Kementerian Pertanian dan FAO ECTAD serta Pinsar Petelur Nasional Provinsi Lampung juga menandatangani komitmen bersama gerakan pangan asal unggas bebas residu antibiotik. Penandatangan komitmen tersebut disaksikan unsur forum kepemimpinan daerah Kota Metro.
Seperti yang diketahui, sebuah laporan global review dirilis pada tahun 2016 menggambarkan model simulasi dimana kejadian resistensi antimikroba diprediksi akan menjadi pembunuh nomor 1 didunia pada tahun 2050. Di tahun itu, diperkirakan kematian mencapai 10 juta per tahun dan angka tertinggi terjadi di Asia. (*)
0 Komentar