Firman : Susahnya bertahan sebagai Pengrajin Pemula di Blora

Firman konsultan marketing dan Promosi usaha kecil menengah Blora
Blora sangat jarang Industri Padat Karya yang mampu menyerap Tenaga Muda. Oleh karena itu anak mudanya kebanyakan merantau. Tujuan mereka merantau antara lain untuk mencari pengalaman, membantu keluarga dalam hal materi, maupun memenuhi kebutuhan hidupnya karena merasa lulus SLTA harus bisa mandiri. 
Sebagian anak muda memutuskan merantau karena ada sanak saudara di luar daerah, maupun teman yang mengajak kerja di luar daerah. Sebagian anak muda memutuskan tuk bekerja di daerah sebagai karyawan swasta maupun meneruskan usaha orang tua.

Bagi yang memutuskan kerja di daerah sebagai karyawan swasta maupun mengabdi di instansi, rata rata mengeluhkan gaji yang sangat kecil. Misalnya mengabdi sebagai perawat dan Guru hanya bergaji 250 sd 500 ribu sebulan, Penjaga Toko dan Counter pulsa antara 300 sd 800 ribu sebulan, dll. Bila dibandingkan dengan UMK yang berlaku di Blora saat ini sudah tentu gaji tersebut jauh dibawah standar.
Gaji bulanan tersebut tidak bisa mencukupi biaya operational kerja maupun biaya kehidupan sendiri atau bahkan tidak cukup tuk membantu meringankan beban orang tua.

Berlatar belakang inilah beberapa anak muda silih berganti muncul sebagai pengrajin pemula baik berkarya yang sudah ada maupun berkarya hal baru. Bermodal seadanya untuk menutup kekurangan akan penghasilan kerja dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun target pendapatan. 

Menjadi Pengrajin pemula sangat berat dirasakan oleh sebagian masyarakat Blora. Terlebih pengrajin karya yang masih tinggal di desa dan belum pernah merantau.
Tantangan yang mereka hadapi antara lain :
1. Keterbatasan wawasan dan pengalaman bagaimana cara menjual dan mempromosikan karya serta memperlebar jaringan / relasi / pembeli.
2. SDM yang masih rendah, yang mempengaruhi bagaimana cara pelayanan, penyajian produk, serta kepercayaan diri dalam menghasilkan produk
3. Perputaran Ekonomi yang rendah di daerah, menghambat laju perputaran modal 
4. Birokrasi yang pasif dan belum Jemput Bola serta belum bisa mendampingi perjalanan pengrajin pemula.
5. Belum adanya wadah kelompok pengrajin pemula tempat berbagi dan bertukar pengalaman.
6. Biaya Produksi Besar, Jumlah Produksi sedikit dan pembeli meminta harga murah.

Berniat membanggakan Kabupaten Tercinta dengan karya karya kreatif, tantangan dan kendala yang ada membuat usaha pengrajin semakin sulit. Rata rata kehidupan pengrajin Blora sampai saat ini biasa biasa saja, atau tak bertahan cukup lama, dan bahkan buruknya adalah gulung tikar.

Sebuah daerah akan mudah terkenal dengan ciri khas wisata, budaya serta produksi lokal yang tidak ada didaerah lain. Berkaitan salah satu pendukung berkibarnya nama daerah adalah produksi khas lokal, maka seyogyanya karya karya lokal harus sangat diperhatikan oleh pemerintah, dan dicintai oleh masyarakat tersebut. Jika kita tidak peduli, tidak membimbing dan mendukung semangat berkarya pengrajin lokal. Maka Karya Kreatif lokal hanya akan berumur jagung dan silih berganti kemunculannya tanpa ada perkembangan dari tahun ke tahun.

Penulis
Firman

Posting Komentar

1 Komentar

  1. kondisi blora yg seperti ini yg harus kita rubah kalau ingin blora lebih sejahtera ,semua elemen masyarakat khususnya pejabat pemerintah harus sama- sama aktif dan bersinergi ! untuk pejabat di lembaga legislatif wajib menyuarakan aspirasi yg pro rakyat dan pejabat eksekutif harus bijak dalam menentukan sikap, JANGAN PRO DENGAN KAPITALISME! ingat culture budaya blora tidak bisa disamakan dg kota2 besar lainya misal : jakarta,semarang,surabaya dll.

    BalasHapus